6 Istana Presiden RI
20.45.00
Istana Negara
Pemerintah Republik Indonesia memusatkan kegiatan pemerintahannya, di
Istana Kepresidenan yang berada di Jakarta. Kompleks Istana Kepresidenan
Jakarta terletak di Jalan Merdeka Utara, berdekatan dengan Taman
Monumen Nasional, berada di jantung ibu kota negara.
Istana Kepresidenan Jakarta terdiri dari dua bangunan istana, yaitu
Istana Merdeka, yang menghadap ke Taman Monumen Nasional, dan Istana
Negara yang menghadap ke Sungai Ciliwung, Jalan Veteran. Kedua istana
ini dihubungkan dengan halaman tengah yang luasnya kira-kira setengah
lapangan bola. Selain itu terdapat pula bangunan lain yang termasuk ke
dalam lingkungan Istana Jakarta, yaitu Kantor Presiden, Wisma Negara,
Masjid Baiturrahim, dan Museum Istana Kepresidenan.
Istana Merdeka
Istana Merdeka yang juga menjadi tempat kediaman resmi Presiden Republik
Indonesia ini, terdiri dari serambi depan yang biasa digunakan untuk
panggung kehormatan pada upacara Peringatan Detik - Detik Proklamasi
setiap tanggal 17 Agustus. Di sini juga Presiden menyambut tamu negara
yang sebelumnya diterima dengan upacara militer di halaman depan.
Ruangan selanjutnya yang berada di bagian paling depan adalah Ruang
Kredensial. Di tempat ini Presiden menerima surat - surat kepercayaan
duta besar negara sahabat yang akan bertugas di Indonesia. Ruang ini
juga berfungsi sebagai tempat penandatanganan naskah kerjasama antara
Pemerintah Indonesia dan negara lain, yang disaksikan oleh Presiden dan
Kepala Negara / Pemerintah yang bersangkutan.
Juga malam hari setiap tanggal 17 Agustus, di ruangan ini diadakan
Resepsi Kenegaraan, dimana Presiden dan Wakil Presiden menerima ucapan
selamat dari para kepala perwakilan negara negara asing.
Selain itu ada ruangan yang dinamai Ruang Jepara karena perabotan yang
mengisi ruangan ini didominasi gaya ukiran Jepara. Juga ada Ruang Raden
Saleh yang terletak berhadapan dengan Ruang Jepara. Dinamai Ruang Raden
Saleh karena pada dinding ruangan ini tergantung lima buah lukisan karya
Raden Saleh Syarief Boestaman.
Ruangan yang terbesar adalahRuang Resepsi, dimana terdapat dua buah
lukisan karya Basoeki Abdoellah. Di dinding sebelah timur dipasang
lukisan yang berjudul “Pergiwa Pergiwati” yang diambil dari kisah
Mahabharata, dan di dinding sebelah barat lukisan yang berjudul “Jaka
Tarub” yang merupakan legenda rakyat Jawa.
Ruangan terakhir yang ada di Istana Merdeka adalah Ruang Bendera Pusaka
yang digunakan untuk meletakkan Bendera Pusaka yang pertama kali pada
tanggal 17 Agustus 1945 dan duplikatnya pada setiap tanggal 16 -17
Agustus.
Di halaman Istana Merdeka, terdapat sebuah tiang bendera yang tingginya
17 meter. Setiap tanggal 17 Agustus di tiang ini dikibarkan duplikat
Bendera Pusaka dalam rangka Peringatan Detik - Detik Proklamasi.
Istana Bogor
Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1,
Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kotamadya Bogor,
Provinsi Jawa Barat, sekitar 60 kilometer dari Jakarta atau 43 kilometer
dari Cipanas. Istana ini berada di pusat kota Bogor, di atas tanah
berkultur datar, seluas sekitar 28, 86 hektar, di ketinggian 290 meter
dari permukaan laut.Di halamannya yang sangat luas tersebut dipelihara
sekitar 591 ekor rusa tutul yang didatangkan langsung dari Nepal, dan
terdapat sekitar 346 jenis pepohonan. Juga terdapat patung - patung yang
cantik, seperti Si Denok karya Trubus, yang modelnya adalah Ara, istri
seorang karyawan Istana Bogor serta The Hand of God, reproduksi dari
Swedia.
Menurut data kepustakaan, di Istana Kepresidenan Bogor terdapat 37
bangunan. Beberapa bangunan utama nya memiliki fungsi penting.
- Gedung Induk, terdiri dari delapan ruang , yaitu Ruang Garuda yang berfungsi sebagai Ruang Resepsi, disini juga pertemuan - pertemuan besar dapat dilaksanakan. Ruang Teratai yang berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu. Ruang Film pernah berfungsi sebagai ruang pemutaran film pada masa Presiden Soekarno. Ruang Makan yang berfungsi sebagai ruang makan utama. Ruang Kerja Presiden yang pernah berfungsi sebagai tempat bekerja Presiden Soekarno. Ruang Perpustakaan yang pernah berfungsi sebagai ruang perpustakaan Presiden Soekarno. Ruang Famili dan Kamar Tidur yang berfungsi sebagai tempat / ruang tunggu Presiden jika akan mengikuti aneka acara di Ruang Garuda. Ruang Tunggu Menteri yang berfungsi sebagai ruang tunggu para menteri jika mereka akan mengikuti acara - acara di Ruang Garuda.
- Gedung Utama Sayap Kiri, terdiri dari dua ruang, yaitu Ruang Panca Negara, yang pernah berfungsi sebagai ruang Konferensi Panca Negara / persiapan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Ruang Tidur dan Ruang Tengah, yang difungsikan sebagai tempat menginap Presiden, tamu negara dan tamu agung.
- Gedung Utama Sayap Kanan, berfungsi sebagai tempat menginap para Presiden sebagai tamu negara berikut tamu - tamu negara, dan tamu - tamu lainnya. Paviliun Sayap Kiri berfungsi sebagai kantor Rumah Tangga Istana Bogor, sedangkan Paviliun Sayap Kanan berfungsi sebagai tempat menginap para pejabat dan staf tamu negara.
- Paviliun I-VI. Paviliun I-V kini digunakan sebagai tempat menginap para pejabat dan merupakan ruang tunggu para menteri apabila ada acara, Paviliun VI digunakan sebagai rumah jabatan kepala istal Di antara bangunan-bangunan lainnya, yang patut dicatat di sini adalah Gedung Dyah Bayurini, yang dilengkapi dengan kolam renang digunakan sebagai tempat istirahat Presiden serta keluarganya jika sedang berada di Bogor. Selain itu, terdapat Gedung Serba Guna yang berfungsi sebagai ruang serba guna: kesenian, pertemuan, tempat artis, dsb. Selebihnya bangunan-bangunan itu merupakan bangunan-bangunan pelengkap kediaman Presiden dan fungsinya pun sejalan dengan jabaran tugas dan fungsi mereka.
Saat ini sudah menjadi trend warga Bogor dan sekitarnya setiap hari
Sabtu, Minggu dan hari libur lainnya berjalan- jalan diseputaran Istana
Bogor sambil memberi makan rusa- rusa indah yang hidup di halaman Istana
Bogor dengan wortel yang diperoleh dari petani- petani tradisional
warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan wortel- wortel tersebut
setiap hari libur. Walaupun berbagai kegiatan kenegaraan sudah tidak
dilakukan lagi, khalayak umum diperbolehkan mengunjungi secara
rombongan, dengan sebelumnya meminta izin ke Sekretaris Negara, Kepala
Rumah Tangga Kepresidenan.
Istana Bogor dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti
“tanpa kekhawatiran”. Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor
merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan
satu orang Gubernur Jenderal Inggris.
Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff
terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru),
sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia.
Van Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah
pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.
Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat
tiga, pada awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri
yang membuat sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh
arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford
di Inggris. Berangsur angsur, seiring dengan waktu perubahan-perubahan
kepada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda
maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk
bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan. sehingga yang
tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan istana
paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektar dan luas bangunan
14.892 m².
Namun, musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi
mengguncang akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut
rusak berat. Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi
tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang
sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus
Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu
dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.
Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari
Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg
itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang
terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah
pendudukan Jepang.
Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor
mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu
dari Istana Presiden Indonesia. Kemudian pada tahun 1968 Istana Bogor
resmi dibuka untuk kunjungan umum atas restu dari Presiden Soeharto.
Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya mencapai sekitar
10 ribu orang.
Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan
menteri ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana
diterbitkanlah Deklarasi Bogor. [1] Deklarasi ini merupakan komitmen 18
negara anggota APEC untuk mengadakan perdangangan bebas dan investasi
sebelum tahun 2020.
Pada 16 Agustus 2002, pada masa pemerintahan Presiden Megawati, diadakan
acara “Semarak Kemerdekaan” untuk memperingati HUT RI yang ke-57, dan
dimeriahkan dengan tampilnya Twilite Orchestra dengan konduktor Addie MS
.
Pada 9 Juli 2005 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melangsungkan
pernikahan anaknya, Agus Yudhoyono dengan Anisa Pohan di Istana Bogor.
Pada 20 November 2006 Presiden Amerika Serikat George W. Bush
melangsungkan kunjungan kenegaraan ke Istana Bogor dan bertemu dengan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kunjungan singkat ini berlangsung
selama enam jam.
Karya seni di Istana Bogor. Banyak barang asli turun temurun yang berada
di Istana Bogor rusak, hancur, atau hilang pada masa Perang Dunia II.
Karena itu, seluruh karya seni dan perabotan klasik yang berada di
Istana Bogor bermula dari awal tahun 1950.
Koleksi-koleksi karya seni dan dekorasi internasional banyak berasal
dari hadiah negara-negara asing, yang memberikan aksen mewah di Istana
Bogor. Salah satunya adalah tempat penyangga lilin cristal bergaya
Bohemian dan karpet langka dari Persia yang melapisi lantai ruang utama
di Istana Bogor.
Koleksi istana meliputi:
- 450 lukisan, di antaranya adalah; karya pelukis Indonesia Basuki Abdullah, pelukis Rusia Makowski, dan Ernest Dezentjé
- 360 patung
- Susunan lantai keramik mewah yang tersebar di istana. Salah satu dari koleksi keramik yang paling mengesankan, berasal dari Rusia, sumbangan dari Perdana Menteri Khrushchev di tahun 1960.
- Hadiah hadiah kenegaraan, di antaranya adalah tengkorak harimau berlapis perak, hadiah dari Perdana Menteri Thanom Kittikachorn dari Thailand pada
Istana Cipanas
Istana Ke presidenan Cipanas terletak di antara jalur Jalan Raya Jakarta
dan Bandung melalui puncak. Terletak sekitar 103 kilometer dari
Jakarta, atau sekitar 20 kilometer dari kota Kabupaten Cianjur. Istana
Cipanas berada di desa Cipanas, kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, di
kaki Gunung Gede, Jawa Barat, pada ketinggian 1.100 meter dpl. Bangunan
istana berdiri di atas areal lebih kurang 26 hektar, dengan luas
bangunan sekitar 7.760 meter persegi.
Istana Cipanas dibangun sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan.
Halamannya terbagi dalam dua areal, yakni areal taman istana dan areal
hutan istana. Dalam areal hutan istana hingga tahun 2001, menurut
katalog Pertama Daftar Tanaman Koleksi Istana Kepresidenan Cipanas
terbitan Istana Kepresidenan Cipanas, yang bekerja sama dengan Kebun
Raya Cibodas, LIPI, tercatat sebanyak 1.334 spesimen, 171 spesies, 132
marga ( yang 14 nomor di antaranya diketahui nama marganya), serta 61
suku.
Istana Kepresidenan terdiri dari sebuah bangunan induk, enam buah
paviliun, sebuah gedung khusus, dan dua buah bangunan yang lain, yaitu
penampungan sumber air panas dan sebuah masjid.
Bangunan Induk, yang secara resmi disebut Gedung Induk Istana
Kepresidenan Cipanas, berdiri di atas areal seluas 982 meter persegi.
Sesuai dengan namanya, gedung ini merupakan gedung yang paling besar
jika dibandingkan dengan gedung-gedung lainnya yang ada di kompleks
istana ini. Gedung Induk merupakan gedung peristirahatan Presiden dan
Wakil Presiden beserta keluarganya.
Gedung Induk Istana Kepresidenan Cipanas, sesuai dengan fungsinya,
terdiri dari ruang tamu, ruang tidur, ruang kerja, ruang rias, ruang
makan. Dan serambi belakang. Secara khusus ruang tamunya berupa bangunan
panggung yang berlantaikan kayu. Salah satu dinding lorong utama Gedung
Induk dipajangi dengan sebuah lukisan karya Soejono D.S., yang
dibuatnya pada tahun 1958; lukisan ini dikenal dengan nama Jalana Seribu
Pandang. Nama tersebut diabadikan kepada lukisan itu karena
keistimewaannya sendiri, yaitu bahwa dari arah mana pun lukisan itu di
pandang mata memandang. Lukisan Jalan Seribu Pandang tersebut judul
aslinya adalah Jalan Menuju Kaliurang.
Sekalipun dibangun secara bertahap, enam buah paviliun istana akhirnya
berdiri di sekitar Gedung Induk, tepatnya di halaman belakang gedung
ini. Keenam buah paviliun tersebut diberi nama Paviliun Yudistira,
Paviliun Bima, Paviliun Arjuna, Paviliun Nakula, Paviliun Sadewa, dan
Paviliun Abimanyu. Di samping itu juga terdapat dua bangunan lainnya
yang diberi nama Paviliun Tumaritis I dan Paviliun Tumaritis II, yang
lokasinya agak terpisah dari sekitar Gedung Induk dan keenam paviliun
itu.
Gedung Bentol terletak di belakang Gedung Induk, gedung ini amat mungil
karena bangunannya memang jauh lebih kecil daripada Gedung Induk dan
keenam paviliunnya. Namun, gedung ini berdiri lebih tinggi daripada
bangunan-bangunan yang lain, termasuk Gedung Induk. Ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa gedung ini memang berada di lereng gunung. Seperti telah
dikemukakan, gedung ini amat unik; namanya Gedung Bentol. Gedung ini
merupakan produk dua arsitek anak bangsa, yang bernama R.M. Soedarsono
dan F Silaban.
Di bagian belakang Gedung Induk, masih terdapat beberapa bangunan.
Namun, yang paling besar peranannya terhadap keberadaan Istana
Kepresidenan Cipanas adalah sumber mata air panas yang mengandung
mineral itu. Maslahatnya bagi kesegaran dan kebugaran raga memang sangat
alami. Oleh karena itu, untuk menampung limpahan air dari sumber alam
tersebut didirikan dua buah bangunan pemandian. Bangunan yang satu
dikhususkan untuk mandi Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya,
sedang bangunan satunya yang lebih besar disediakan untuk rombongan
yang menyertai Presiden atau Wakil Presiden. Baik dalam bangunan
pemandian yang pertama maupun yang kedua, perabotannya berkaitan dengan
keperluan mandi.
Tidak jauh sebelum Gedung Pemandian itu tampak sebuah danau terbuka yang
berdiri di atas kolam pemancingan ikan. Selain itu, di sebelah kiri
halaman belakang Gedung Induk juga terdapat sebuah bangunan masjid
bernama Masjid Baiturrahim serta beberapa rangkaian bangunan kecil
lainnya sebagai ruang perkantoran istana ini. Di samping itu, di sisi
sebelah kiri Gedung Induk tampak Rumah Kebun, tempat pembibitan dan
perancangan taman bunga dan taman hutan istana.
Gedung Agung Yogyakarta
Istana Kepresidenan Yogyakarta terletak di ujung selatan jalan Akhmad
Yani, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kotamadya Yogyakarta.
Kompleks Istana yang berada pada ketinggian 120 meter dpl. ini dibangun
di atas lahan seluas 43.585 M2. Terletak di pusat keramaian kota,
jantung kota Yogyakarta, menghadap ke timur berseberangan dengan Museum
Benteng Vredeburg, bekas benteng belanda.
Istana kepresidenan Yogyakarta dikenal juga dengan nama Gedung Agung
atau Gedung Negara. Penamaan itu berkaitan dengan salah satu fungsi
gedung utama istana, yaitu sebagai tempat penerimaan tamu-tamu agung.
Istana ini merupakan salah satu istana dari keempat istana kepresidenan
lainnya, yang memiliki peran amat penting dalam sejarah perjuangan
kemerdekaan dan kehidupan bangsa Indonesia.
Secara umum, proses pengembangan bagian-bagian Istana Kepresidenan
Yogyakarta tidak banyak berubah, baik dari gedung induknya: Gedung
Agung, juga wisma -wismanya seperti Wisma Negara, Wisma Indraphrasta,
Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu, dan Wisma Saptapratala.
Selain keempat wisma tersebut, sejak 20 September 1995, kompleks Seni
Sono seluas 5.600 meter persegi yang terletak di sebelah selatan, yang
semula milik Departemen Penerangan, kini menjadi bagian dari Istana
Kepresidenan Yogyakarta. Cukup lumayan dilakukan penataan ulang terhadap
istana ini; contohnya Ruang Kesenian direnovasi, kursi-kursi dan lampu
hiasnya diganti. Dari segi perabot / perlengkapan tampak kesesuaian
antara fungsi kamar / ruang dengan perabotan / peralatan yang
mengisinya, bahkan termasuk benda - benda seni bernilai tinggi yang ada
di dalamnya.
Sejak didirikan dua abad yang lalu hingga kini, Gedung Induk kompleks
Istana Kepresidenan Yogyakarta tidak pernah berubah; bentuknya sama
seperti ketika selesai dibangun pada tahun 1869. Ruangan Induknya
disebut Ruang Garuda dan berfungsi sebagai ruang resmi penyambutan tamu
negara atau tamu agung yang lain. Di ruangan ini pulalah kabinet
Republik Indonesia dilantik tatkala ibu kota negara pindah ke
Yogyakarta. Pada dinding ruangan yang bersejarah ini tergantung
gambar-gambar pahlawan nasional, di antaranya adalah gambar Pangeran
Diponegoro, R.A. Kartini, Dokter Wahidin Soedirohusodo, dan Tengku Cik
Di Tiro.
Di sisi selatan Gedung Induk terdapat Ruangan Tidur Presiden beserta
keluarga, sedangkan di sisi utara terdapat kamar tidur yang disediakan
bagi Wakil Presiden beserta keluarga, dan bagi tamu negara atau tamu
agung yang lain beserta keluarga.
Di bagian depan kanan Gedung Induk terdapat ruangan yang diberi nama
Ruang Soerdiman untuk mengenang perjuangan Panglima Besar Soedirman
dalam memimpin gerilya melawan Belanda. Di ruangan inilah dulu Panglima
Besar Soedirman mohon diri kepada Presiden Soekarno, untuk meninggalkan
kota dalam rangka memimpin perang gerilya melawan Belanda. Di bagian
kiri gedung utama terdapat ruangan yang diberi nama Ruang Diponegoro,
untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Dalam
ruangan ini tampak pula lukisan / foto beliau sedang berkuda.
Dari Ruang Garuda ke arah belakang terdapat ruangan besar yang lain,
yaitu Ruangan Jamuan Makan, tempat jamuan makan bagi tamu negara atau
tamu agung yang lain. Di belakang ruangan jamuan makan terdapat ruangan
luas, yang berfungsi sebagai Ruangan Pertunjukan Kesenian.
Masih tentang bangunan-bangunan yang ada di Istana Yoyakarta ini,
bangunan lain adalah Wisma Negara; wisma ini dibangun pada tahun 1980.
Wisma ini dimaksudkan untuk para menteri dan rombongan tamu negara.
Bangunan ini bertingkat dua dan mempunyai 19 kamar. Setiap kamarnya
dihiasi dengan lukisan serta benda seni lain yang sesuai dengan
fungsi-fungsi kamarnya, terutama untuk beristirahat.
Selain Wisma Negara, terdapat Wisma Indraphrasta. Wisma ini merupakan
wujud bangunan asli kantor Asisten Residen Belanda, penggagas bangunan
yang kini menjadi istana ini. Di kiri dan kanan belakang bangunan utama,
di dekat Ruang Kesenian, adalah Wisma Sawojajar dan Wisma Bumiretawu.
Wisma Sawojajar,di sebelah utara, disediakan bagi petugas atau rombongan
staf Presiden atau tamu negara, sedangkan Wisma Bumiretawu disediakan
bagi ajudan serta dokter pribadi Presiden atau ajudan dan dokter pribadi
tamu negara. Wisma Saptapratala terletak di sebelah selatan,
berseberangan dengan Wisma Bumiretawu . Wisma ini disediakan bagi
petugas-petugas dan para anggota rombongan presiden atau tamu negara.
Kompleks Seni Sono mulai dipugar tahun 1995 dan terdiri dari gedung
auditorium, gedung tempat penyimpanan koleksi benda-benda seni, gedung
pameran dan perkantoran. Auditorium ini semula adalah gedung Seni Sono
yang dibangun pada tahun 1915 dan diperuntukkan sebagai tempat
pertunjukkan kesenian terpilih yang berkaitan dengan acara kenegaraan.
Gedung yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan koleksi benda-benda
seni semula adalah bangunan kuno yang dibangun Belanda pada tahun 1911
dan terakhir digunakan sebagai kantor PWI / Antara. Bangunan yang
diperuntukkan gedung pameran dan perkantoran semula adalah bangunan
Kantor Departemen Penerangan.
Biasanya, Pintu Gerbang Utama Kompleks Istana Yogyakarta “dijaga” oleh
dua buah patung besar Dwarapala yang juga disebut Gupala, masing-masing
setinggi dua meter. Kedua patung ini berasal dari salah satu tempat di
sebelah selatan Candi Kalasan. Di halaman istana, di depan Gedung Induk,
tampak sebuah monumen yang terbuat dari batu andesit setinggi 3.5
meter; namanya Dagoba, yang berasal dari Desa Cupuwatu, di dekat Candi
Prambanan. Orang Yogyakarta menyebutnya Tugu Lilin karena Tampak seperti
lilin yang senantiasa menyala, melambangkan kerukunan beragama, yaitu
agama Hindu Ciwa dan agama Budha: agama Hindu Ciwa dilambangkan dengan
Lingga, yang menopang stupa sebagai lambang agama Budha.
Istana Tampak Siring
Istana Kepresidenan Tampaksiring berada di desa Tampaksiring. Kecamatan
Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Pulau Bali, lebih kurang 40 kilometer
dari Denpasar, terletak pada ketinggian lebih kurang 700 meter dpl.
Kompleks Istana Kepresidenan Tampaksiring kini terdiri dari lima gedung
utama dan satu pendapa. Gedung-gedung induk/utama Istana Kepresidenan
Tampaksiring dibangun secara terpencar di atas lahan seluas lebih dari
19 hektar. Dua gedung utama diberi nama Wisma Merdeka dan Wisma Negara,
tiga gedung utama yang lainnya diberi nama Wisma Yudhistira, Wisma Bima,
dan ruang untuk konferensi, serta Balai Wantilan.
Wisma Merdeka - luasnya 1.200 M2 - terdiri dari Ruang Tidur I dan Ruang
Tidur II Presiden, Ruang Tidur Keluarga, Ruang Tamu, Ruang Kerja, yang
penataannya demikian indah, berhiaskan patung-patung serta
lukisan-lukisan pilihan.
Wisma Negara - luasnya 1.476 M2 - terdiri dari Ruang Tamu Negara. Bagian
utama Wisma Negara juga sama dengan bagian utama Wisma Merdeka; wisma
ini dibangun di atas tanah berbukit dan kedua bukit yang menopang kedua
wisma ini dipisahkan oleh celah bukit yang cukup dalam (lebih kurang 15
meter). Kedua wisma ini dihubungkan oleh jembatan sepanjang 40 meter
dengan lebar 1,5 meter. Tamu - tamu negara dari negara-negara sahabat,
yang datang berkunjung untuk membina persahabatan, selalu diantar
melalui jembatan ini dari Wisma Merdeka ke Wisma Negara. Itulah
sebabnya, jembatan ini disebut Jembatan Persahabatan.
Wisma Yudhistira terletak di sekitar tengah kompleks Istana
Tampaksiring. Luasnya 1.825 M2. Wisma ini merupakan tempat menginap
rombongan Presiden atau rombongan tamu negara yang sedang berkunjung ke
Istana Tampaksiring; ruang-ruang atau kamar-kamarnya juga untuk tempat
peristirahatan para petugas yang melayani Presiden beserta keluarga dan
para tamu negara.
Wisma Bima terletak di sebelah barat laut Wisma Merdeka; luasnya 2.000
M2, rampung pada awal tahun 1963. Perabot yang berada di dalamnya
tertata sesuai dengan fungsinya sebagai tempat beristirahat para
pengawal serta petuga yang melayani Presiden beserta keluarga atau para
tamu negara.
Wisma Bima terletak di sebelah barat laut Wisma Merdeka, luasnya 2.000
M2, rampung pada awal tahun 1963. Perabot yang berada di dalamnya
tertata sesuai dengan fungsinya sebagai tempat beristirahat para
pengawal serta petugas yang melayani Presiden beserta keluarga atau para
tamu negara.
Istana Kepresidenan Tampaksiring membangun gedung baru berikut
fasilitas-fasilitasnya. Seperti telah dikemukakan, gedung ini didirikan
dalam rangka kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV yang
diselenggarakan di Tampaksiring pada tanggal 7-8 Oktober 2003. Gedung
ini dipergunakan untuk konferensi. Namun, ruang utamanya dapat juga
dipergunakan sebagai ruang resepsi dan ruangan jamuan makan malam
kenegaraan. Fasilitas-fasilitas gedung pertemuan ini dipakai sebagai
ruang para kabinet dan rapat para kepala negara.
0 komentar