Masjid Agung Jawa Tengah
05.42.00
Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 hingga selesai secara
keseluruhan pada tahun 2006. Masjid ini berdiri di atas lahan 10
hektare. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006. Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah.
Sejarah
Keberadaan bangunan masjid ini tak lepas dari Masjid Besar Kauman Semarang.
Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf
milik Masjid Besar Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu
rimbanya. Raibnya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang berawal dari
proses tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119.127 ha yang
dikelola oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bidang Urusan
Agama Depag Jawa Tengah. Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh
BKM tanah itu di tukar guling dengan tanah seluas 250 ha di Demak lewat
PT. Sambirejo. Kemudian berpindah tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto
Siswoyo.
Hasil perjuangan banyak pihak untuk mengembalikan banda wakaf Masjid
Besar Kauman Semarang itu ahirnya berbuah manis setelah melalui
perjuangan panjang. MAJT sendiri dibangun di atas salah satu petak tanah
banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang yang telah kembali tersebut.
Pada tanggal 6 juni 2001 Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah untuk menangani masalah-masalah baik yang mendasar maupun teknis. Berkat niat yang luhur dan silaturahmi yang erat, dalam waktu kerja yang amat singkat keputusan-keputusan pokok sudah dapat ditentukan : status tanah, persetujuan pembiayaan dari APBD oleh DPRD Jawa Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang.
Kemudian pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari Jumat, 6
September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana
yang dilakukan Menteri Agama Ri, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto.
Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta
besar dari Negara-negara sahabat, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina, dan Abu Dabi. Dengan demikian mata dan
perhatian dunia internasional pun mendukung dibangunnya Masjid Agung
Jawa Tengah tersebut.
MAJT diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo
Bambang Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektar dan luas
bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi secara keseluruhan
pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar Rp 198.692.340.000.
Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 Nopember 2006, namun masjid
ini telah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid
megah ini telah digunakan ibadah Salat Jumat untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah)
Arsitektur
Masjid Agung Jawa Tengah dirancang dalam gaya arsitektural campuran
Jawa, Islam dan Romawi. Diarsiteki oleh Ir. H. Ahmad Fanani dari PT.
Atelier Enam Jakarta yang memenangkan sayembara desain MAJT tahun 2001.
Bangunan utama masjid beratap limas khas bangunan Jawa namun dibagian
ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah
lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru
atapnya sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap dengan
satu menara terpisah dari bangunan masjid setinggi 99 meter.
Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar dipelataran masjid. Pilar pilar bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi kaligrafi kaligrafi yang indah, menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul, di gerbang ditulis dua kalimat syahadat, pada bidang datar tertulis huruf Arab Melayu “Sucining Guno Gapuraning Gusti“.
Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah,
juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan
tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan
kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin
bermalam bisa memanfaatkan fasilitas.
Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Al Husna atau Al Husna
Tower yang tingginya 99 meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat
Studio Radio Dais (Dakwah Islam). Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3
digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam,
dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat.
Lantai 19 untuk menara pandang, dilengkapi 5 teropong yang bisa melihat
kota Semarang. Pada awal Ramadhan 1427 H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk melihat Rukyatul Hilal oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan menggunakan teropong canggih dari Boscha.
Fasilitas
Di dalam area MAJT terdapat Menara Asma Al-Husna Setinggi 99 Meter
terdiri dari : lantai 1 untuk Studio Radio DAIS MAJT, lantai 2 untuk
museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, Lantai 18 rumah makan berputar,
lantai 19 Gardu pandang kota Semarang dan lantai 19 Tempat rukyat
al-hilal.
Area serambi Masjid Agung Jawa Tengah dilengkapi 6 payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi, Tinggi masing masing payung elektrik adalah 20 meter dengan diameter 14 meter. Payung elektrik dibuka setiap shalat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha
dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot, namun jika
pengunjung ada yang ingin melihat proses mengembangnya payung tersebut
bisa menghubungi pengurus masjid.
MAJT memiliki koleksi Al Quran
raksasa berukuran 145 x 95 cm². Ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin,
dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo.
Lokasi berada di dalam ruang utama tempat shalat. Bedug
raksasa berukuran panjang 310 cm, diameter 220 cm. Merupakan replika
bedug Pendowo Purworejo. Dibuat oleh para santri pondok pesantren
Alfalah, Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, asuhan KH Ahmad Sobri, menggunakan kulit lembu Australia.
Tongkat khatib MAJT merupakan tongkat pemberian Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darusalam
0 komentar