Taman sari
18.17.00
Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta, yang dapat dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden"
ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik
berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun
danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang
digunakan secara efektif antara 1765-1812
ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai
tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari
yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton
saja.
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko,
besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari
pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh
Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri.
Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan
yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan
terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek
kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian
pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian
selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan
antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean
Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua.
Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan
meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.
Bagian pertama
Bagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Pada
zamannya, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini
terdiri dari danau buatan yang disebut "Segaran" (harfiah=laut
buatan) serta bangunan yang ada di tengahnya, dan bangunan serta taman
dan kebun yang berada di sekitar danau buatan tersebut. Di samping untuk
memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan Segaran juga difungsikan
sebagai tempat bersampan Sultan dan keluarga kerajaan. Sekarang danau
buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi pemukiman padat
yang dikenal dengan kampung Taman. Bangunan-bangunan yang tersisa dalam
kondisi yang sangat memprihatinkan.
Pulo Kenongo
Di tengah-tengah Segaran terdapat sebuah pulau buatan, "Pulo Kenongo", yang ditanami pohon Kenanga (Kananga odorantum[?], famili Magnoliaceae[?]). Di atas pulau buatan tersebut didirikan sebuah gedung berlantai dua, "Gedhong Kenongo". Gedung terbesar di bagian pertama ini cukup tinggi. Dari anjungan tertingginya orang dapat mengamati kawasan Keraton Yogyakarta
dan sekitarnya sampai ke luar benteng baluwarti. Konon Gedhong Kenongo
terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi berbeda. Dari jauh gedung
ini seperti mengambang di atas air. Oleh karenanya tidak mengherankan
jika kemudian Taman Sari dijuluki dengan nama "Istana Air" (Water Castle). Saat ini (Januari 2008) gedung ini tinggal puing-puingnya saja.
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat deratan bangunan kecil yang disebut dengan "Tajug".
Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara bagi terowongan bawah
air. Terowongan ini merupakan jalan masuk menuju Pulo Kenongo selain
menggunakan sampan/perahu mengarungi danau buatan. Dahulu di bagian
barat pulau buatan tersebut juga terdapat terowongan, namun kondisinya
sekarang kurang terawat dibandingkan dengan terowongan selatan.
Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan "Pulo Cemethi". Bangunan berlantai dua ini juga disebut sebagai "Pulo Panembung".
Di tempat inilah konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya
sebagai "Sumur Gumantung", sebab di sebelah selatannya terdapat sumur
yang menggantung di atas permukaan tanah. Untuk sampai ke tempat ini
konon dengan adalah melalui terowongan bawah air. Saat ini bangunan ini
sedang dalam tahap renovasi besar - besaran yang bertujuan untuk
merestorasi bangunan - bangunan yang masih ada.
Sementara itu di sebelah barat Pulo Kenongo terdapat bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin yang disebut "Sumur Gumuling".
Bangunan berlantai 2 ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah
air saja. Sumur Gumuling pada masanya juga difungsikankan sebagai
Masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon
digunakan sebagai mihrab, tempat imam memimpin salat. Di bagian tengah
bangunan yang terbuka, terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di
bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu
jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang
tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu.
Bagian Kedua
Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan segaran
merupakan bagian yang relatif paling utuh dibandingkan dengan bagian
lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan sedangkan taman
dan kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini
merupakan bagian utama yang banyak dikunjungi wisatawan.
Gedhong Gapura Hageng
"Gedhong Gapura Hageng" merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja
pada zamannya. Kala itu Taman Sari menghadap ke arah barat dan
memanjang ke arah timur. Gerbang ini terdapat di bagian paling barat
dari situs istana air yang tersisa. Sisi timur dari pintu utama ini
masih dapat disaksikan sementara sisi baratnya tertutup oleh pemukiman
padat. Gerbang yang mempunyai beberapa ruang dan dua jenjang ini
berhiaskan relief burung dan bunga-bungaan yang menunjukkan tahun
selesainya pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa (kira-kira tahun 1765 Masehi).
Gedhong Lopak-lopak
Di sebelah timur gerbang utama kuno Taman Sari terdapat halaman
bersegi delapan. Dahulu di tengah halaman ini berdiri sebuah menara
berlantai dua yang bernama "Gedhong Lopak-lopak", versi lain menyebut
gopok-gopok. Sekarang (Januari 2008)
gedung ini sudah tidak ada lagi. Di halaman ini hanya tersisa deretan
pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang menghubungkan tempat ini dengan
tempat lainnya. Pintu di sisi timur halaman bersegi delapan tersebut
merupakan salah satu gerbang menuju Umbul Binangun.
Umbul Pasiraman
"Umbul Pasiraman" atau ada yang menyebut dengan "Umbul Binangun"
(versi lain "Umbul Winangun") merupakan kolam pemandian bagi Sultan,
para istri dia, serta para putri-putri dia. Kompleks ini dikelilingi
oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat ini disediakan dua
buah gerbang, satu di sisi timur dan satunya di sisi barat. Di dalam
gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks Umbul Pasiraman
terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk
jamur. Di sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga
terdapat bangunan di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.
Bangunan di sisi paling utara merupakan tempat istirahat dan berganti
pakaian bagi para puteri dan istri (selir). Di sebelah selatannya
terdapat sebuah kolam yang disebut dengan nama "Umbul Muncar". Sebuah
jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam ini dengan sebuah kolam
di selatannya yang disebut dengan "Blumbang Kuras". Di selatan Blumbang
Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya. Bangunan
sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk
istirahat Sultan. Menara di bagian tengah, konon digunakan Sultan untuk
melihat istri dan puterinya yang sedang mandi kemudian yang tubuh
telanjangnya paling mengesankan sultan akan di panggil ke menara. Di
selatan bangunan tersebut terdapat sebuah kolam yang disebut dengan
"Umbul Binangun", sebuah kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan
dan Permaisurinya saja. Pada zamannya, selain Sultan, hanyalah para
perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini. Ini di mungkinkan
karena semua perempuan (permaisuri, istri ( selir ) dan para putri
sultan) yang masuk ke dalam taman sari ini harus lepas baju (telanjang),
sehingga selain perempuan di larang keras oleh sultan untuk masuk ke
Taman Sari.
Gedhong Sekawan
Di timur umbul pasiraman terdapat sebuah halaman bersegi delapan. Di
halaman yang dihiasi dengan deretan pot bunga raksasa ini berdiri 4 buah
bangunan yang serupa. Bangunan ini bernama "Gedhong Sekawan".
Tempat ini digunakan untuk istirahat Sultan dan keluarganya. Di setiap
sisi halaman terdapat pintu yang menghubungkannya dengan halaman lain.
Gedhong Gapuro Panggung
Di sebelah timur halaman bersegi delapan tersebut terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Gapura Panggung".
Bangunan ini memiliki empat buah jenjang, dua di sisi barat dan dua
lagi di sisi timur. Dulu di bangunan ini terdapat empat buah patung ular
naga namun sekarang hanya tersisa dua buah saja. Gedhong Gapura
Panggung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari yaitu tahun 1684
Jawa (kira-kira tahun 1758
Masehi). Selain itu di bangunan ini juga terdapat relief ragam hias
seperti di Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur bangunan ini sekarang
menjadi pintu masuk situs Taman Sari.
Gedhong Temanten
Di tenggara dan timur laut gerbang Gapuro Panggung terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Temanten".
Bangunan ini dulu digunakan sebagai tempat penjaga keamanan bertugas
dan tempat istirahat. Menurut sebuah rekonstruksi Taman Sari di selatan
bangunan ini terdapat sebuah bangunan lagi yang sekarang tidak ada
bekasnya sedangkan di sisi utaranya terdapat kebun yang juga telah
berubah menjadi pemukiman penduduk.
Bagian Ketiga
Bagian ini tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat dilihat. Oleh
karenanya deskripsi di bagian ini sebagian besar berasal dari
rekonstruksi yang ada. Dahulu bagian ini meliputi Kompleks "Pasarean
Dalem Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati" serta beberapa
bangunan lain dan taman/kebun. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa
dari bagian ini yang tetap terjaga. Pasarean Dalem Ledok Sari konon
merupakan tempat peraduan Sultan bersama Pemaisurinya. Versi lain
mengatakan sebagai tempat meditasi. Bangunannya berbentuk seperti U. Di
tangah bangunan terdapat tempat tidur Sultan yang di bawahnya mengalir
aliran air. Sebuah dapur, ruang penjahit, ruang penyimpanan barang, dan
dua kolam untuk pelayan begitu pula kebun rempah-rempah, buah-buahan,
dan sayur-sayuran diperkirakan berada bagian ini. Di sebelah baratnya
dulu terdapat kompleks kolam Garjitawati. Jika hal itu benar maka
kompleks ini merupakan sisa pesanggrahan Garjitawati dan kemungkinan
besar juga merupakan Umbul Pacethokan yang pernah digunakan oleh Panembahan Senopati.
Bagian Keempat
Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis tidak
tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi
di bagian ini hampir seluruhnya merupakan sebuah rekonstruksi dari
sketsa serangan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada tahun 1812.
Bagian ini terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di
tengahnya, taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan
danau buatan ini dengan danau buatan di bagian pertama, serta sebuah
kebun. Danau buatan terletak di sebelah tenggara kompleks Magangan
sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat pulau buatan
yang konon disebut "Pulo Kinupeng". Di atas pulau tersebut berdiri
sebuah bangunan yang konon disebut dengan "Gedhong Gading". Bangunan
yang menjulang tinggi ini disebut sebagai menara kota (Cittadel Tower) [?].
Kanal besar terdapat di sisi barat laut dari danau buatan dan
memanjang ke arah barat serta berakhir di sisi tenggara danau buatan di
bagian pertama. Di kanal ini terdapat dua penyempitan yang diduga keras
merupakan letak jembatan gantung. Salah satu jembatan tersebut berada di
jalan yang menghubungkan kompleks Magangan dengan Kamandhungan Kidul.
Bekas-bekas dari jembatan ini masih dapat disaksikan, walaupun
jembatannya sendiri telah lenyap. Di sebelah barat jembatan gantung
terdapat sebuah dermaga. Dermaga ini konon digunakan Sultan sebagai
titik awal perjalanannya masuk ke Taman Sari. Konon Sultan masuk ke
Taman Sari dengan bersampan. Di sebelah selatan Kanal terdapat kebun.
Kebun ini berlokasi di sebelah barat kompleks Kamandhungan Kidul dan
Siti Hinggil Kidul. Kini semua tempat itu telah menjadi pemukiman
penduduk. Kebunnya telah berubah menjadi kampung Ngadisuryan sedangkan
danau buatan berubah menjadi kampung Segaran
0 komentar